”
Waktu pertama kali melakukan pengguguran, saya merasa menjadi seorang
pembunuh. Tetapi saya melakukannya lagi, lagi dan lagi, dan 20 tahun
kemudian saya menjadi kebal terhadap suara hati nurani. Yah, saya perlu
uang. Karena itu adalah pekerjaan yang mudah maka saya terpaksa melihat para
wanita sebagai hewan dan bayi-bayi itu sebagai kumpulan daging belaka."
(dokter NN)
"Mula-mula kami melakukan pengguguran pada janin-janin kecil…sehingga
detakan-detakan jantung dan geraknya tak begitu nyata. Saya pikir
janin-janin berumur 15-16 minggu itu tentu belum bisa merasa apa-apa. Tanpa
sadar, kami mulai melakukan pengguguran terhadap janin-janin besar.
Tiba-tiba waktu kami menyuntikkan cairan garam, kami melihat ada
gerakan-gerakan dalam rahim. Pasti ini adalah janin yang menderita akibat
menelan cairan garam, ia menendang-nendang dengan panik dalam keadaan
sekarat. Kami menghibur diri dengan mengatakan bahwa itu hanya disebabkan
oleh kontraksi otot-otot rahim saja. Tapi, jujurnya hal ini menekan batin
kami, sebab sebagai dokter kami mengerti betul bahwa bukan itu yang
sebenarnya terjadi. Kami telah melakukan pembunuhan." (Dr. John Szenens)
""Saya mengalami banyak kesukaran dalam perasaan saya karena pengguguran di
masa lalu. Suatu hari saya memasuki ruangan dimana mereka menyimpan
janin-janin itu sebelum dibakar. Janin-janin itu dikumpulkan dalam
waah-wadah, seperti ayam potong yang dijual di pasar. Saya menjenguk ke
dalam wadah di depan saya. Di dalamnya ada bayi kecil telanjang, berlumuran
darah. Ia berwarna merah keungu-unguan karena memar dan wajahnya tegang,
menderita sekali sebab dipaksa untuk mati terlalu cepat." (Susan Lindstrom)
"Saya tidak suka dengan ide aborsi. Menurut saya, ketika sperma membuahi
sel telur ia sudah menjadi seorang manusia. Mungkin belum terlihat bentuk
manusianya tapi ia sudah hidup dan sedang memulai suatu proses pematangan
dari bagian-bagian yang sebenarnya sudah ada sejak pembuahan. Terkadang saya
berpikir daripada diaborsi, lebih baik ia dilahirkan dan diadopsi oleh orang
lain. Betapa mengherankan bila dipikir, disatu sisi banyak pasangan yang
sudah menikah begitu rindu ingin punya anak dan bersedia melakukan apa saja
untuk mendapatkan seorang anak, namun disisi lain ada orang yang membuang,
seakan-akan janin itu hanyalah onggokan daging belaka. Saya mengerti, banyak
faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan dan membantu melakukan
aborsi. Namun apa pun alasannya, di mata Tuhan itu salah." (Dr. Kartini,
Jakarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar