Senin, 01 Juni 2009

Mama

Beruntunglah kalian yang masih memiliki Mama. Saya termasuk salah seorang dari sekian banyak yang tidak seberuntung itu. MAMA... Mama yang pernah mengandung kita selama 9 bulan lamanya, melahirkan kita sambil menangis kesakitan. Masihkah kita tega menyakitinya? Masih mampukah kita tertawa melihat penderitaannya? Mencaci makinya? Melawannya? Memukulnya? Mengacuhkannya? Meninggalkannya? Mama tidak pernah mengeluh setiap kali membersihkan kotoran kita waktu masih kecil. Mencuci celana kotor kita. Memberikan ASI waktu kita bayi. Jam berapa pun. Di manapun. Bahkan saat dia tengah terlelap di malam buta. Di masa kecil kita, saat kita masih menjadi sosok yang sangat rapuh dan tergantung pada orang lain, hanya mama yang mau tanpa letih menggendong kita sendirian. Kapan pun kita menangis dan butuh belaian, Mama pasti datang. Mama pasti membuat kita nyaman. Pada waktu kita masih tertatih, terjatuh dan belum bisa berlari seperti sekarang, pasti tangan mama yang akan lebih dulu menarik tangan kita. Dengan segala kelembutan yang ia miliki, kita akan dibuatnya merasa aman untuk terus bangkit dan berjalan sendiri tanpa takut terjatuh lagi, karena kita yakin tangan Mama pasti akan lebih cepat menahan jatuhnya badan kita. Saat kita menjadi anak dimana kita banyak menanyakan sesuatu, tanya ini dan itu, apapun yang sedang Mama lakukan, bagaimana lelahnya kondisi Mama, pasti dia akan selalu menjawab dengan penuh kesabaran. Bahkan sering tanpa diminta, dia akan menceritakan kita berbagai dongeng hingga kita terlelap. Hanya Mama yang bisa benar-benar mencintai kita apa adanya. Saat orang lain menyakiti kita, cuma mama yang akan benar-benar ikut merasa sakit, bahkan biasanya diam-diam rasa sakitnya itu melebihi sakit yang kita rasakan. Kini setelah kita dewasa. Setelah kita tidak lagi tergantung padanya. Saat semuanya menjadi terbalik. Kita menjadi orang yang cukup kuat (selayaknya mama dulu) dan mama menjadi renta (sebagaimana anak kecil). Mampukah kita melakukan semua yang dulu Mama lakukan pada kita untuknya? Sabarkah kita, tanpa satu kalipun mengeluh, bangun di tengah malam hanya untuk membersihkan kotorannya? Menyuapinya makan dan minum setiap kali ia minta? Melayani setiap pertanyaan yang pastinya kita nilai tak berkualitas tanpa satu kali pun membentak atau menjawab dengan nada tinggi? Menuntun setiap langkahnya agar tidak terjatuh? Akan sesabar itukah kita seperti layaknya dulu Mama dengan sabar melakukannya untuk kita semasa kecil? Di saat mamamu tidur, coba kamu lihat matanya dan bayangkan matanya takkan terbuka lagi untuk selamanya. Tangannya tak dapat hapuskan airmatamu dan tiada lagi nasihat yang sering kita abaikan. Bayangkan mamamu sudah tiada. Sudah cukupkah kamu membahagiakannya? Pernahkah kamu berfikir betapa besar pengorbanannya dari semenjak kamu berada di dalam perutnya? SADARILAH bahwa di dunia ini tidak ada satu orang pun yang mau mati demi MAMA, tetapi... Beliau justru satu-satunya orang yang bersedia mati untuk membawa kita lahir ke dunia ini… Mama bukan tempat penitipan cucu disaat kita jalan jalan. Justru di saat ia sudah tua dan tak bertenaga, yang ia butuhkan hanyalah perhatian kita. Sesibuk apa pun kita, selalu luangkan waktu untuk datang & hampiri ia. Tanyalah bagaimana kesehatannya saat ini dan dengarlah curhatnya. Temani dia di saat ia butuh kita. Itu saja.... ia sudah bahagia sekali...... .......dan melupakan semua hutang kita kepadanya. Percayalah sampai kapan pun. Tak peduli sekaya apa kita atau sebanyak apa uang yang kita miliki. Walau dibayar dengan seberapa banyak pun harta, kita tidak akan pernah bisa melunasi hutang kita terhadap Mama. Dan Mama pastinya tidak akan pernah meminta kita untuk mengembalikan satu sen pun biaya yang sudah ia habiskan untuk kita. Saya memang bukan orang yang beruntung. Saya tidak lagi memiliki Mama. Dan lebih tidak beruntung lagi karena saat Mama masih hidup, saya belum bisa mengembalikan seluruh kebaikan dan kasih sayang yang pernah saya dapatkan dari Mama. Seandainya saja waktu bisa diulang. Diputar mundur saat Mama masih ada. Saya pasti akan membetulkan semua kesalahan yang pernah saya lakukan. Memang penyesalan selalu ada di akhir. It’s too late. Sekarang mata lembut Mama yang biasa hangat menyambut saya, sudah terpejam selamanya. Senyum Mama yang senantiasa terkembang di wajah letihnya, tidak lagi bisa saya lihat. Saya baru merasakan betapa berartinya Mama setelah mama tiada. We’ll never know how precious someone is, untill she’s gone. Jangan sampai anda menjadi orang yang menyesal seperti saya. Mama Anda adalah amanat Tuhan yang harus dijaga dan dibuat bahagia. Balaslah kasih sayang Mama Anda sebisa anda, selagi Anda sempat dan selagi Tuhan masih kasih Anda kesempatan untuk melakukannya terhadap Mama Anda. Jangan sampai terlambat seperti saya.

Ketika aku sudah tua, aku bukanlah lagi aku yang semula. Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadapku.

Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu,ingatlah, bagaimana dahulu aku mengajarimu.

Ketika aku berulang kali berkata tentang sesuatu yang telah bosan kaudengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku.

Ketika kau kecil,aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu kali kuceritakan agar kau tidur.

Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku. Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi.

Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tehnologi dan hal-hal baru, jangan mengejekku.Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap "mengapa" darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan,ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk memapahku. Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.

Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk mengingat. Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disampingku mendengarkan, aku sudah sangat puas.

Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka. Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kau mulai belajar menjalani kehidupan. Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku.

Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa syukur, dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar