Rabu, 28 Maret 2012

BEHIND THE SCENE OF PORN STAR (THE FACT)

1.  Kalau ada PORN STAR yang mengaku sangat menikmati peran yang mereka mainkan dalam “blue film”, mereka bohong 100%! Gak ada yang menikmatinya. Meski artis wanita bisa dibayar 10x lipat dari aktor pria, namun pada kenyataannya di balik layar, proses pembuatan film porno bisa berlangsung hingga 18 jam sehari untuk menghemat budget dan dalam sehari mereka bisa shoting sebanyak 3 sampai 4 scene berbeda.


2. Setiap scene-nya bisa berlangsung berjam-jam, tergantung pada para pemerannya. Jika pemerannya tidak dapat menampilkan adegan sesuai dengan harapan sang sutradara, maka adegan pun harus kembali diulang. Atau jika di tengah adegan atau pada saat pengambilan adegan berikutnya sang artis wanita harus meminta waktu untuk istirahat karena rasa sakit saat melakukan adegan hardcore. Seperti pada adegan anal sex yg seringkali harus dihentikan karena adanya kejadian yg seharusnya tidak boleh ditampilkan.


3. Situasi saat shooting film porno sangat menyiksa, baik secara fisik maupun mental, khususnya bagi artis wanita, karena biasanya ada sekitar 12 – 18 orang berdiri dibalik layar (bayangkan jika Anda melakukan hubungan seks dengan ditonton oleh banyak orang secara langsung), mulai dari sutradara & para asistennya, fans berat yg dapat hadiah nonton langsung, sampai ke tukang lampu dan fotografer yg punya hak untuk melakukan “freeze” pada adegan tertentu agar bisa diambil angle foto yang terbaik.


4. Saat menunggu adegan berikutnya biasanya PORN STAR menghabiskan waktu di restroom untuk minum minuman keras atau pakai narkoba. Biasanya alasan mereka menggunakan narkoba adalah untuk mengurangi rasa malu dan rasa sakit dalam adegan berikutnya. (Untuk diketahui, dalam industri film porno test yang wajib dilakukan untuk setiap aktor & artis adalah test HIV. Test ini dilakukan sebulan sekali. Sedangkan test drugs tidak ada).


5. Porn Stars adalah pembohong professional, karena kalau mereka menceritakan kenyataan sebenarnya yang ada dibalik layar, maka hancurlah fantasi yang ada di setiap “kepala ngeres” para penggemar dan sekaligus menghancurkan karir “indah” mereka. Dan disinilah ironisnya karena sudah terbiasa berbohong, para artis blue film ini biasanya justru memiliki kemampuan akting yang lebih baik dari kebanyakan bintang Hollywood.


Inilah kenyataannya :
• Sepanjang tahun 2007 : 9 bintang porno meninggal karena HIV, 66% menderita Herpes dan sekitar 12-28% menderita penyakit menular seksual lainnya.
• Sejak tahun 1990 : 26 bintang porno mati bunuh diri, 45 bintang porno meninggal akibat overdosis narkoba, lebih dari 90 orang bintang porno positif HIV, 25 orang masih bertahan hidup.
• Antara tahun 2003 sd 2005, 976 bintang film porno dilaporkan positif menderita penyakit menular seksual.


Masih berpikir untuk nonton blue film???


Sumber: http://www.friendster.com/bulletin.php?bid=86423904&uid=31744033

Minggu, 25 Maret 2012

Pengakuan Bintang Film Porno Shelley Lubben yang Memutuskan Bertobat


Di bawah ini adalah surat dari bekas bintang film porno Shelley Lubben, yang akhirnya bisa keluar dari dunia gelap industri porno, dan sekarang menjadi aktivis yang berjuang melawan eksploitasi seksual terhadap gadis-gadis muda Amerika dalam film porno.

Gadis cantik, tubuh seksi, telanjang, dan mata yang membangkitkan gairah seakan-akan berkata “I want you”. Itu yang biasa kamu lihat di cover film porno, bisa jadi itulah tipuan terbesar sepanjang masa.

Aku dulu pernah melakukannya sepanjang waktu dan aku melakukannnya karena nafsuku akan kekuasaan dan kecintaanku pada uang. Aku tidak pernah menyukai seks. Bahkan aku tidak menginginkannya dan faktanya aku lebih banyak minum Jack Daniels daripada bersama para pria yang dibayar seperti aku untuk berpura-pura di film.

Tidak ada di antara kami gadis-gadis blonde yang menyukai “being in porn movie”. Kami benci disentuh oleh orang asing yang sama sekali tidak peduli dengan kami. Kami benci dianggap rendah oleh mereka, laki-laki dengan keringat dan bau busuknya. Beberapa di antara kami sering sampai muntah di kamar mandi saat break syuting. Sedangkan yang lainnya berusaha menenangkan diri dengan merokok Marlboro tanpa henti.

Tapi porn industry ingin agar kamu selalu berpikir kalau kami artis porno sangat menyukai seks. Mereka ingin kamu percaya bahwa kami senang dilecehkan seperti binatang dalam berbagai jenis adegan di film.

Kenyataannya, artis porno sering tidak tahu apa saja adegan yang akan mereka lakukan saat pertama kali datang ke lokasi syuting, dan kami hanya diberi dua pilihan oleh produser: “Lakukan atau pulang tanpa bayaran. Kerja atau tidak akan bisa kerja lagi.” Iya, memang benar kami punya pilihan. Beberapa di antara kami memang sangat memerlukan uang. Tapi kami dimanipulasi, dipaksa bahkan diancam.
Beberapa di antara kami terjangkit AIDS karena profesi ini. Atau tertular herpes dan berbagai macam penyakit kelamin lain yang sukar disembuhkan. Salah seorang artis film porno setelah syuting, dengan menahan sakit sepanjang hari, setiba di rumah menembak kepalanya sendiri dengan pistol. Mati!

Kebanyakan dari artis porno mungkin berasal dari keluarga yang berantakan dan pernah mengalami pelecehan seksual dan perkosaan dari keluarga atau tetangganya sendiri. Saat kami kecil kami hanya ingin bermain dengan boneka, bukan mendapatkan trauma saat seorang laki-laki dewasa berada di atas tubuh kami. Jadi sejak kecil kami belajar bahwa seks bisa membuat kami berharga. Dan dengan semua pengalaman mengerikan itu kami menipu kalian di depan kamera, padahal sebenarnya kami membenci setiap menitnya.

Karena trauma itu kebanyakan artis porno hidupnya tergantung kepada alkohol dan narkotika. Dan hidup kami juga selalu diliputi ketakutan akan terjangkit HIV atau penyakit kelamin lainnya. Herpes, gonorrhea, syphilis, chlamydia, dll setiap hari menghantui kami. Memang setiap bulan kami diperiksa, tapi kamu tahu kalo hal tersebut tidak akan bisa mencegah kami tertular penyakit-penyakit mematikan itu.

Selain penyakit, adegan syuting tidak kalah mengerikan. Banyak dari kami mengalami luka sobek atau luka pada organ tubuh bagian dalam.

Di luar syuting kami sering berharap bisa menjalani hidup yang normal. Tapi sangat sulit menjalin hubungan yang normal dengan “laki-laki biasa”, maka dari itu kebanyakan dari kami menikah dengan sutradara film porno atau menjalani hidup sebagai lesbian. Buat aku momen yang gak akan terlupakan adalah ketika tanpa sengaja anak perempuanku melihat ibunya yang telanjang sedang berciuman dengan gadis lain. Anakku pasti akan terus mengingatnya.

Pada hari yang lain kami bisa berubah seperti zombie, dengan botol bir di tangan kanan dan gelas wisky di tangan kiri. Kami tidak suka bersih-bersih, jadi sering kali kami harus menyewa pembantu untuk membersihkan kotoran kami. Selain itu artis porno benci memasak sendiri. Biasanya kami memesan makanan yang kemudian kami muntahkan lagi karena kebanyakan dari kami menderita bulimia.

Bagi artis porno yang memiliki anak, kami adalah ibu yang paling buruk. Kami menjerit dan bahkan memukul anak kami tanpa alasan. Seringkali saat kami begitu mabuknya sampai-sampai anak kami yang berumur 4 tahun yang menyeret kami dari lantai.

Dan ketika ada tamu [kebanyakan karena alasan seks], kami harus mengunci anak kami terlebih dulu dalam kamar dan menyuruh mereka untuk diam. Aku biasa membekali anak gadisku dengan pager dan kusuruh dia menungguku di taman sampai aku selesai dengan tamuku.

Kalo kamu bisa melihat lebih dalam kehidupan artis film porno mungkin kamu akan kehilangan minat menonton film porno. Kenyataan sebenarnya, kami artis film porno ingin mengakhiri semua rasa malu ini dan semua trauma dalam hidup kami. Tapi sayangnya kami tidak bisa melakukannya sendiri.

Kami berharap kalian kaum pria membantu kami, memperjuangkan kebebasan dan kehormatan kami. Kami ingin kalian memeluk kami saat kami menghapus air mata dan menyembuhkan luka di hati kami. Kami berharap kalian mau berdoa untuk kami dan semoga Tuhan mau mendengar dan mengampuni semua kesalahan kami di masa lalu.

Surat ini kupersembahkan kepada semua artis porno yang terjangkit penyakit HIV/AIDS, meninggal karena over dosis maupun bunuh diri.

Sumber : Blog berita Shelley

A True Story "I Have a Herpes"

Berikut adalah wawancara dari kisah nyata 'Angela', pengalaman seorang gadis dengan Virus Herpes Simplex. Tulisan ini merupakan terjemahan dari “True Story : I have Herpes”

Bisa cerita sedikit tentang diri Anda?

Saya seorang gadis, sesuatu yang normal, usia saya 20 tahun. Berasal dari keluarga yang tingkat ekonominya menengah, mahasiswi di sebuah perguruan tinggi Midwest. Saya pesta di akhir pekan, kerja paruh waktu di sebuah toko kopi lokal sebagai kasir dan saya suka menghabiskan uang saya untuk untuk membeli sepatu. Saya normal.

Tapi saya terjangkit herpes.

Saya dibesarkan di rumah yang baik, di lingkungan kelas menengah dan saya masih tinggal bersama orang tua. Seks tidak pernah menjadi topik tabu di rumah, dan saya tidak pernah merasa malu untuk membahas masalah kesehatan seksual. Saya telah berhubungan seks dengan sepuluh orang (hanya 2 yang sebenarnya bukan pacar saya), Sebagian besar saya melakukannya dengan menggunakan kondom.
Bisa Anda jelaskan Herpes itu apa?

Pada dasarnya, herpes itu adalah virus dan setelah Anda terjangkit penyakit itu, selamanya virus itu akan hidup di tubuh Anda. Ada dua jenis virus Herpes, Simplex 1 dan 2. Saya terjangkit Virus Simplex 1. Tipe 1 merupakan versi "ringan", yang biasanya muncul sebagai oral herpes (herpes mulut)..Tapi, saya mendapatkannya pada alat kelamin saya, kemungkinan besar saya mendapatkannya setelah menerima seks oral dari seseorang yang telah terjangkit virus ini. Simplex 2 adalah jenis yang “berat”, yang biasanya muncul sebagai genital herpes (herpes kelamin). Untuk lebih jelasnya mengenai penyakit jenis ini, silahkan baca blogspot saya dibagian lain atau cek Wikipedia dan sumber – sumber informasi online lainnya.

Bagaimana Anda bisa terangkit Herpes?

Yang aneh mengenai herpes, kita tidak pernah bisa benar-benar yakin darimana kita tertular virus ini.

Mantan pacar saya pada beberapa tahun lalu, Chris, memiliki Herpes. Dia benar-benar jujur kepada saya tentang hal ini sejak hari pertama, dan karena kejujurannya itu, saya menghargainya setinggi-tingginya. Ini benar-benar keputusan saya sendiri untuk tidur dengannya, meski saya tahu resikonya untuk tertular virus itu. Kami selalu berhati-hati untuk menggunakan kondom. Tapi kemudian kami tidak cukup berhati-hati sehingga sesekali melakukannya tanpa kondom. Tapi dia sudah terjangkit penyakit itu selama sepuluh tahun dan dia sangat tahu tubuhnya. Dia tahu kapan saja dan bagaimana yang aman untuk melakukannya tanpa mengakibatkan saya tertular. Kami berhubungan seks selama lebih dari empat tahun, dan selama itu saya tidak pernah punya masalah. Kami putus tahun lalu.

Bagaimana Anda tahu bahwa Anda terjangkit Herpes?
Setelah setahun saya putus dari Chris, Saya pacaran dengan John. Suatu malam kami bercinta, dan kami melakukannya dengan cara yang cukup kasar (hal ini menjadi pemicu penularan herpes). Saya terbangun dengan rasa nyeri, tapi saya pikir hal itu mungkin karena kami semalam melakukannya dengan keras.

Beberapa hari kemudian kami bercinta lagi, dan keesokan paginya saya terbangun dengan nyeri yang tak tertahankan. Rasanya seperti ada seseorang yang menusuk saya di selangkangan, sambil membakarnya dengan kasar dan menyiraminya dengan cairan asam. Saat saya periksa, saya melihat sepasang gelembung kecil. Saya panik dan hari itu juga saya menemui dokter. Dokter mengatakan bahwa gelembung itu hanya reaksi alergi terhadap kondom yang kami gunakan dan dia memberi saya krim kortison. Dia melakukan tes IMS (semacam tes penyakit menular seksual), tapi saya tidak mendapatkan hasil. Dua hari kemudian, luka itu menjalar ke bagian tubuh lainnya, saya tidak bisa buang air kecil, atau pergi ke kamar mandi, dan tidak bisa tidur atau berjalan. Menurut dokter kemungkinan saya terkena Herpes, tapi dia tidak melakukan tes apapun atau memberikan saya apapun untuk penyakit saya itu. Dua hari kemudian saya pergi ke dokter lain.

Ini merupakan pengalaman terburuk sepanjang hidup saya. Saya nyaris tidak bisa membuka kaki. Rasanya sangat nyeri. Saat dokter memasukkan spekulum untuk menyeka, saya benar-benar berteriak dan menangis histeris di atas meja. Saya memintanya untuk berhenti. Dia tidak bisa menyelesaikan penyekaan karena saya merasakan nyeri teramat sangat. Namun dia tetap harus memecahkan salah satu dari gelembung-gelembung itu demi memperoleh sel-sel untuk pemeriksaan. Sekali lagi, saya berteriak dan menangis, tetapi saya harus membiarkan dia melakukannya, karena saya harus tahu apa yang salah dengan saya. Inilah neraka.

Dokter memberikan resep obat penghilang rasa nyeri dan Valtrex (oral anti-virus untuk herpes). Dia bilang ada kemungkinan infeksi bisa menjadi lebih buruk, tetapi untuk amannya kita akan segera memulainya dengan Valtrex .

Bagaimana perasaan Anda ketika Anda tahu terjangkit Herpes?

Saya menghabiskan pekan itu di rumah saja, menangis, terisak-isak. Setiap kali saya bangun dan merasa nyeri, saya langsung meminum pil dan mencoba untuk kembali tidur. Itu sungguh mengerikan. Rumah saya berantakan, saya berhenti makan, saya tidak berbicara dengan siapa pun. Saya benar-benar mengurung diri. Saya merasa muak. Saya merasa seolah cahaya dalam diri saya telah padam. Saya merasa sudah bukan lagi seorang gadis bahagia, ceria, dan menyenangkan. Saya sudah mati. Saya malu, saya merasa kotor, saya merasa tidak akan ada seorang pun yang akan mencintai saya lagi. Ketika saya mengatakan kepada John, saya melihat sorot matanya berubah. Sejak itu, saya tidak lagi mendengar kabar apapun dari dia. Dia menghilang.

Dan meskipun saya memiliki riwayat pernah berhubungan seksual dengan penderita Herpes, yakni Chris, hal ini bukan berarti Chris lah yang menularkannya kepada saya. Bisa saja John yang secara diam-diam menularkannya. Yang pasti, Kita TIDAK PERNAH tahu.

Saya tidak ingin memberitahu Chris tentang Herpes yang menyerang saya, tapi saya butuh dukungannya. Dia menakjubkan. Anehnya, hal ini mencairkan sisa ketegangan yang selama ini ada diantara kami. Dan anehnya lagi, hal ini menyadarkan saya mengenai siapakah sebenarnya John dan orang seperti apakah dia. Jadi, inilah berkah di tengah musibah.

Jenis perawatan apakah yang telah Anda lakukan? Apakah pengobatan itu berhasil bagi Anda?

Saya menggunakan Valtrex hanya jika penyakit saya kambuh. Saya juga menghindari pemicunya, yakni paparan sinar matahari dan situasi stres yang tinggi. Sejauh ini saya telah berhasil memerangi penyakit ini.

Bagaimana ini mempengaruhi kehidupan percintaan Anda?

Seperti yang saya katakan, John dan saya sudah putus. Sejujurnya, kalau seorang cowok bereaksi seperti itu, maka saya pun tidak menginginkannya lagi di dalam kehidupan saya.

Setelah putus dari John, saya belum punya pacar lagi. Ada rasa ketakutan bahwa saat saya semakin dekat dengan seseorang, saya harus memberitahu tentang penyakit saya kepadanya. Dan untuk itu saya belum merasa siap.

Chris memberitahu saya penyakit Herpesnya dua bulan sebelum kami jadian, jauh sebelum kami melakukan hubungan seksual. Ia bukan hanya percaya bahwa saya takkan menceritakannya kepada siapa pun, melainkan juga percaya bahwa saya akan menerima dia apa adanya. Saya ingat bahwa ketika ia mengatakan kepada saya tentang penyakitnya, saya tidak jijik atau bahkan kecewa. Justru sebaliknya, saya merasa jadi lebih dekat dengannya. Dan karena kejujurannya itu, saya tidak pernah meragukan kesetiaannya ataupun gossip-gossip negative tentang dirinya.
Atas dasar hal itu, maka saya pun berharap hal yang sama terjadi pada saya saat saya memberitahu pacar saya berikutnya. Tapi kalau dia tidak bisa menerima saya apa adanya, maka tentunya dia bukanlah cowok yang tepat untuk saya.

Cara apa yang Anda ambil untuk menghindari penularan Herpes dengan pasangan?

Yang pasti caranya adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual. Termasuk oral.

Tapi jika Anda dan pasangan tetap akan melakukannya sementara salah satu dari kalian terinfeksi Virus Herpes, gunakanlah selalu kondom. Jangan pernah melakukan hubungan seks saat ada luka. Bahkan dalam tahap penyembuhan sekalipun. Jangan pernah melakukan hubungan seks ketika Anda merasa tidak yakin dalam kondisi aman dari infeksi (adanya rasa panas di bagian yang terinfeksi, gatal, kesemutan). SELALU menggunakan kondom dan spermisida. Jujur, terbuka, dan berkomunikasi. Jangan pernah mengambil resiko yang akan Anda sesali kemudian. Lanjutkan untuk mendapatkan penyembuhan. Pastikan Anda selalu memiliki persediaan Valtrex di tangan untuk sekedar berjaga-jaga. Tapi hal yang paling utama di sini adalah komunikasi dan kejujuran.