Jumat, 27 November 2009

KANKER SERVIKS (Gejala, Penularan, Pencegahan, dan Pengobatan)

Setiap wanita yang pernah melakukan hubungan seksual mempunyai resiko terhadap kanker leher rahim, atau yang lebih dikenal sebagai Kanker Serviks (cervical cancer).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, saat ini penyakit kanker serviks menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di dunia. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks.

Sekitar 8000 kasus di antaranya berakhir dengan kematian. Menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kanker serviks yang tertinggi di dunia. Mengapa bisa sedemikian tinggi? Hal ini disebabkan kanker serviks muncul seperti musuh dalam selimut. Sulit sekali dideteksi hingga penyakit telah mencapai stadium lanjut. Tingginya angka penderita kanker serviks stadium lanjut biasanya disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan kesadaran akan bahaya kanker serviks. 

Apa itu Kanker Serviks?
 
Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim. Yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim. Letaknya antara rahim (uterus) dengan liang senggama wanita (vagina).
Kanker serviks cenderung muncul pada perempuan berusia 35-55 tahun, namun dapat pula muncul pada perempuan dengan usia yang lebih muda (20 - 30 tahun).

Penyebab Kanker Serviks?
1. Human Papillola Virus (HPV)
Kanker ini 99 % disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh penderita.
Virus ini memiliki lebih dari 100 tipe, di mana sebagian besar di antaranya tidak berbahaya dan akan lenyap dengan sendirinya. Jenis virus HPV yang menyebabkan kanker serviks dan paling fatal adalah virus HPV tipe 16 dan 18.
Terdapat 100 tipe HPV dimana sebagian besar tidak berbahaya, tidak menimbulkan gejala yang terlihat dan akan hilang dengan sendirinya. Perkembangan HPV ke arah kanker serviks pada infeksi pertama tergantung dari jenis HPV-nya. HPV tipe risiko rendah atau tinggi dapat menyebabkan kelainan yang disebut pra kanker. Tipe HPV yang berisiko rendah hampir tidak berisiko, tapi dapat menimbulkan genital warts (penyakit kutil kelamin). Walaupun sebagian besar infeksi HPV akan sembuh dengan sendirinya dalam 1-2 tahun karena adanya system kekebalan tubuh alami, namun infeksi yang menetap yang disebabkan oleh HPV tipe tinggi dapat mengarah pada kanker serviks.
2. Radiasi atau Pencemaran Bahan Kimia
Sel-sel abnormal pada leher rahim juga bisa tumbuh akibat paparan radiasi atau pencemaran bahan kimia yang terjadi dalam jangka waktu cukup lama.
Demikian juga bagi anda yang merokok kemungkinan untuk mendapatkan Kanker Serviks sangat besar. Ada banyak penelitian yang menyatakan hubungan antara kebiasaan merokok dengan meningkatnya risiko seseorang terjangkit penyakit kanker serviks. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan di Karolinska Institute di Swedia dan dipublikasikan di British Journal of Cancer pada tahun 2001. Menurut Joakam Dillner, M.D., peneliti yang memimpin riset tersebut, zat nikotin serta “racun” lain yang masuk ke dalam darah melalui asap rokok mampu meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi cervical neoplasia atau tumbuhnya sel-sel abnormal pada rahim. “Cervical neoplasia adalah kondisi awal berkembangnya kanker serviks di dalam tubuh seseorang,” ujarnya.
Bagaimana Cara Penularan Kanker Serviks?
Penularan virus HPV bisa terjadi melalui hubungan seksual, terutama yang dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Penularan virus ini dapat terjadi baik dengan cara transmisi melalui organ genital ke organ genital, oral ke genital, maupun secara manual ke genital.
Infeksi HPV paling sering terjadi pada kalangan dewasa muda (18-28 tahun). HPV dapat menginfeksi semua orang karena HPV dapat menyebar melalui hubungan seksual. Wanita yang berhubungan seksual dibawah usia 20 tahun serta sering berganti pasangan beresiko tinggi terkena infeksi. Namun ada kalanya perempuan yang tertular virus ini adalah yang telah setia hanya pada satu pasangan saja (kemungkinan resiko tertular datang dari pasangannya).
Apa Saja Gejala Kanker Serviks?
Sering kali kanker serviks tidak menimbulkan gejala. Namun bila sudah berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala fisik seperti pendarahan serta keputihan pada vagina yang tidak normal, sakit saat buang air kecil dan rasa sakit saat berhubungan seksual.  Gejala fisik pada penyakit ini umumnya hanya dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut. Berikut gejala-gejala kanker serviks tingkat lanjut :
  • munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan intim (contact bleeding). Adanya rasa tidak nyaman saat melakukan hubungan seksual.
  • keputihan yang berlebihan dan tidak normal. Pengeluaran cairan encer dari vagina
  • pendarahan spontan di luar siklus menstruasi.
  • penurunan berat badan drastis.
  • Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan menderita keluhan nyeri punggung
  • juga hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal.
Saat mencapai stadium lanjut dan menyebar ke organ tubuh lain, maka kanker serviks akan mengakibatkan kematian. Penderita stadium lanjut umumnya harus mengangkat organ alat kandungan, sehingga kemungkinan mempunyai keturunan menjadi hilang.

Berapa lama masa pertumbuhan kanker serviks?
Masa preinvasif (pertumbuhan sel-sel abnormal sebelum menjadi keganasan) penyakit ini terbilang cukup lama, sehingga penderita yang berhasil mendeteksinya sejak dini dapat melakukan berbagai langkah untuk mengatasinya.
Infeksi menetap akan menyebabkan pertumbuhan sel abnormal yang akhirnya dapat mengarah pada perkembangan kanker. Perkembangan ini memakan waktu antara 5-20 tahun, mulai dari tahap infeksi, lesi pra-kanker hingga positif menjadi kanker serviks.



Siapa saja yang memiliki resiko terinfeksi Kanker Serviks?


Selain perokok, perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia antara 35-50 tahun, terutama perempuan yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun. Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan resiko terserang kanker leher rahim sebesar 2 kali dibandingkan perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun.



Kanker serviks juga berkaitan dengan jumlah lawan seksual. Semakin banyak lawan seksual yang Anda miliki, maka kian meningkat pula risiko terinfeksinya kanker serviks. Sama seperti jumlah lawan seksual, jumlah kehamilan yang pernah dialami juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks.
Anda yang terinfeksi virus HIV dan yang dinyatakan memiliki hasil uji pap smear abnormal, serta para penderita gizi buruk, perempuan yang melakukan diet ketat sehingga mengakibatkan rendahnya konsumsi vitamin A, C, dan E yang secara tidak langsung menyebabkan berkurangnya tingkat kekebalan tubuh, pun memiliki resiko tinggi untuk mudah terinfeksi.

Bagaimana mendeteksi secara Dini Kanker Serviks?
Untuk mendeteksi secara dini ada tidaknya penyakit Kanker Serviks, yakni dengan melakukan Test Pap Smear. Pap smear test adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel tersebut. Perubahan sel-sel leher rahim yang terdeteksi secara dini akan memungkinkan beberapa tindakan pengobatan diambil sebelum sel-sel tersebut dapat berkembang menjadi sel kanker.

Test ini hanya memerlukan waktu beberapa menit saja. Prosedur pemeriksaan Pap Smear Test mungkin sangat tidak menyenangkan untuk anda, tetapi tidak akan menimbulkan rasa sakit. Dalam keadaan berbaring terlentang, sebuah alat yang dinamakan spekulum akan dimasukan kedalam liang senggama. Alat ini berfungsi untuk membuka dan menahan dinding vagina supaya tetap terbuka, sehingga memungkinkan pandangan yang bebas dan leher rahim terlihat dengan jelas. Sel-sel leher rahim kemudian diambil dengan cara mengusap leher rahim dengan sebuah alat yang dinamakan spatula, suatu alat yang menyerupai tangkai pada es krim, dan usapan tersebut dioleskan pada obyek-glass, dan kemudian dikirim ke laboratorium patologi untuk pemeriksaan yang lebih teliti.

Usahakanlah melakukan Pap smear test ini pada waktu seminggu atau dua minggu setelah berakhirnya masa menstruasi anda. Jika anda sudah menopause, Pap smear test dapat anda lakukan kapan saja. Tetapi jika kandung rahim dan leher rahim telah diangkat atau dioperasi (hysterectomy atau operasi pengangkatan kandung rahim dan leher rahim), anda tidak perlu lagi melakukan Pap smear test karena anda sudah terbebas dari resiko menderita kanker serviks. Pap smear test biasanya dilakukan setiap dua tahun sekali, dan lebih baik dilakukan secara teratur.
Namun, pap smear bukanlah satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk mendeteksi penyakit ini. Ada pula jenis pemeriksaan dengan menggunakan asam asetat (cuka).


Menggunakan asam asetat cuka adalah yang relatif lebih mudah dan lebih murah dilakukan. Jika menginginkan hasil yang lebih akurat, kini ada teknik pemeriksaan terbaru untuk mendeteksi dini kanker serviks, yakni dengan menggunakan teknologi Hybrid Capture II System (HCII).

Bagaimana mencegah kanker Serviks?

Upaya pencegahan kanker serviks merupakan langkah yang mesti dilakukan. Cara yang bisa dilakukan dalam rangka menurunkan faktor resiko seperti mencegah hubungan seksual pada usia dini, tetap setia pada satu pasangan saja, dan menghentikan kebiasaan merokok. Pencegahan ini bertujuan menghilangkan resiko perilaku seksual yang meningkatkan paparan terhadap virus papiloma manusia (HPV). Hal lain yang bisa dilakukan adalah memperbanyak mengkonsumsi sayuran berwarna hijau tua dan kuning yaitu yang banyak mengandung beta karoten, vitamin C dan vitamin E. Serta melakukan vaksinasi HPV yang bertujuan mencegah dan mengobati infeksi virus. Selain itu, yang penting juga untuk dilakukan adalah segera lakukan test Pap Smear.

 Antisipasi Kanker Serviks?

Selain dengan melakukan test Pap Smear, tentunya dengan Vaksinasi HPV. Perlukah Vaksinasi HPV? Vaksinasi ini mulai beredar di pertengahan tahun 2006. Gunanya untuk  pencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18 yang menjadi penyebab kanker serviks. Vaksin ini bekerja dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkap virus sebelum memasuki sel-sel serviks.



Selain membentengi dari penyakit kanker serviks, vaksin ini juga bekerja ganda melindungi perempuan dari ancaman HPV tipe 6 dan 11 yang menyebabkan kutil kelamin. Yang perlu ditekankan adalah, vaksinasi ini baru efektif apabila diberikan pada perempuan berusia 9 sampai 26 tahun yang belum aktif secara seksual. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu tertentu. Dengan vaksinasi, risiko terkena kanker serviks bisa menurun hingga 75%.

Adakah efek samping dari Vaksinasi HPV? Vaksin ini telah diujikan pada ribuan perempuan di seluruh dunia. Hasilnya tidak menunjukkan adanya efek samping yang berbahaya. Efek samping yang paling sering dikeluhkan adalah demam dan kemerahan, nyeri, dan bengkak di tempat suntikan. Efek samping yang sering ditemui lainnya adalah berdarah dan gatal di tempat suntikan. Vaksin ini sendiri tidak dianjurkan untuk perempuan hamil. Namun, ibu menyusui boleh menerima vaksin ini.

Bisakah Kanker Serviks disembuhkan?

Biasanya karena tidak adanya keluhan atau gejala apa pun, penderita kanker serviks biasanya datang ke rumah sakit ketika penyakitnya sudah mencapai stadium 3. Masalahnya, penderita yang sudah terinfeksi kanker serviks pada stadium 2 sampai stadium 4 telah mengakibatkan kerusakan pada organ-organ tubuh, seperti kandung kemih, ginjal, dan lainnya.
Pengobatan kanker serviks ditentukan oleh berat ringannya penyakit atau stadium. Umumnya pada stadium awal, tindakan operasi menjadi pilihan pertama. Namun, operasi pengangkatan rahim saja tidak cukup membuat penderita sembuh seperti sedia kala. Selain operasi, penderita masih harus mendapatkan terapi tambahan, seperti radiasi dan kemoterapi. Langkah tersebut sekalipun tidak dapat menjamin 100% penderita mengalami kesembuhan.